BELAJAR IPA

IPA pada hakikatnya meliputi empat unsur utama yaitu:

  1. Sikap: rasa  ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru  yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar IPA  bersifat open ended; 
  2. Proses: prosedur  pemecahan masalah  melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan
  3. Produk: berupa fakta, prinsip,  teori, dan hukum
  4. Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA  dalam kehidupan sehari-hari.
Empat  point atau unsur utama IPA ini seharusnya muncul  dalam pembelajaran IPA.

Jadi Pembelajaran IPA sebaiknya menggunakan
Metode  Discovery, metode pembelajaran yang menekankan pola dasar:

  1. melakukan pengamatan
  2.  menginferensi
  3. dan mengomunikasikan/menyajikan.
Pola dasar ini dapat dirinci dengan melakukan pengamatan lanjutan dengan

  1. mengumpulkan data
  2. menganalisis datta
  3. dan menarik kesimpulan.
Di dalam pembelajaran IPA, peserta didik didorong untuk

  1.  menemukan  sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks
  2. mengecek informasi  baru dengan aturan-aturan lama di dalam pikirannya
  3. dan merevisinya apabila  aturan-aturan itu tidak lagi sesuai.
Pandangan dasar tentang pembelajaran  Discovery ini  mau dikatakan bahwa
1.       pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik.
2.       Peserta didik harus didorong untuk mengonstruksi pengetahuan di dalam pikirannya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan
3.       Peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan  masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan bersusah payah dengan ide-idenya.
Tentu sebagai Guru  dalam  pembelajaran Discovery ini diharapkan
  1. Dapat memberikan kemudahan untuk proses ini
  2. Dengan memberi kesempatan peserta didik untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri
  3. Dan mengajar peserta didik menjadi sadar dan secara sadar  menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.
  4. Guru dapat memberi  peserta didik anak tangga yang membawa mereka ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan peserta didik sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut.
Sedang sebagai Peserta didik atau Siswa  memahami pembelajaran discovery ini  sebaikiknya

  1. harus bergeser dari “diberi tahu” menjadi “aktif mencari tahu”.
  2. Peserta didik harus didorong sebagai “penemu dan pemilik” ilmu, bukan sekedar pengguna atau penghafal pengetahuan.
  3. Di dalam pembelajaran IPA, peserta didik membangun pengetahuan  bagi dirinya.
  4. Bagi peserta didik siswa sebaiknya diketahui bahwa pengetahuan yang ada di benaknya bersifat dinamis, berkembang dari sederhana menuju kompleks, dari ruang lingkup  dirinya dan di sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas, dan dari yang bersifat konkrit menuju abstrak.

Sebagai manusia yang sedang berkembang, peserta didik telah, sedang, dan akan mengalami empat tahap perkembangan intelektual, yakni

  1. sensori motor
  2. pra-operasional
  3. operasional konkrit
  4. operasional formal.
Untuk  anak anak yang muda umumnya berada pada fase  peralihan dari operasional konkrit menuju operasional formal.
Ini berarti,  pembelajaran IPA telah dapat diterapkan  karena siswa sudah dapat diajak berpikir secara abstrak, misalnya
1.       sudah mampu melakukan analisis
2.       sudah bisa inferensi
3.       sudah bisa membuat  kesimpulan
4.       sudah mampu menggunakan penalaran deduktif dan induktif, dan lain-lain
Namun demikian seharusnya berangkat/dimulai dari situasi yang nyata dulu. Oleh karena itu, kegiatan pengamatan dan percobaan memegang peran penting dalam pembelajaran IPA, agar pembelajaran IPA  tidak sekedar pembelajaran hafalan.

Fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul  dalam percakapan  atau kerja sama antarindividu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut.
Jadi, pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya.

Peran guru dalam pembelajaran adalah memberikan tugas menantang  berupa permasalahan yang harus dipecahkan peserta didik.
Pada saat tugas  itu diberikan, peserta didik belum menguasai cara pemecahannya, namun dengan berdiskusi dengan temannya dan bantuan guru, tugas tersebut dapat diselesaikan.
Dengan menyelesaikan tugas tersebut, kemampuan-kemampuan  dasar untuk menyelesaikan tugas itu akan dikuasai peserta didik.
Guru IPA harus memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk berdiskusi dan berbagai bentuk kerja sama lainnya untuk menyelesaikan tugas itu.
Selain  itu, guru memberikan sejumlah besar bantuan kepada peserta didik selama  tahap-tahap awal pembelajaran. 
Selanjutnya peserta didik mengambil alih  tanggung-jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya.
Bantuan yang diberikan guru tersebut dapat berupa

  1. petunjuk
  2. peringatan
  3. dorongan
  4. menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan,
  5. memberikan contoh
  6. atau apapun yang lain yang memungkinkan peserta didik tumbuh mandiri.
Sekali lagi, bantuan tersebut tidak bersifat “memberitahu secara langsung” tetapi “mendorong peserta didik untuk mencari tahu”.

OK  sebagai penutup Jika semua itu bisa diterapkan dapat diyakini anak indonesia tidak lagi menjadi Follower seperti yang terlihat sekarang ini namun dipastikan akan bisa sebagai Trendsetter dalam segala bidang.

Tidak hanya user yang terlihat sekarang namun sebagai seorang yang malu jika ia hanya bisa sebagi pengguna namun tidak sebagai pencipta . Rasanya memang malu melihat motor mobil , hp , dan sepertinya semua benda sampai pangan hahaha begitu banyak tersebar di negaraku semua produk  negara lain. Hal seperti ini bisa dikatakan mana Program mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan pendahulu kita sebagai pejuang yang berdarah darah hanya kita ingin merdeka tidak dijajah .