WORKSHOP "INTERNATIONAL CONFERENCE OF LESSON STUDY"

BANDUNG, 22-24 JULI 2011



Sore hari, pukul 17.30 wib, guru-guru MGMP Biologi Kota Semarang mulai berdatangan dihalaman SMA N 3, Jl. Pemuda 145 Semarang. Setelah melaksanakan ibadah sholat magrib dan isya (Jama') bagi yang beragama Islam, rombongan guru segera memasuki Bus dengan dipandu oleh Adelia Tour. Belum jauh bus bergerak seorang peserta berteriak... ada yang ketinggalan... Siapa yang ketinggalan ya...?? Ternyata ibu Sulistyoningsih dari SMA N 10, sedang melaju kencang mengejar bus rombongan kita, adegannya sangat seru... sampai akhirnya bus bisa diberhentikan di krapyak.... Alhamdullilah, semua senang. Dan Bu Lis mendapat kehormatan dengan duduk mendamping pak Agung Purwoko, Ketua MGMP Biologi kota Semarang.



Perjalanan berlangsung menyenangkan, semua anggota riang gembira, bersendau gurau dan bernyanyi... sampai ada yang lupa tidur... persis seperti murid-murid kalau sedang tour ke Bali.

Rombongan sampai di Bandung pukul 05.00 wib dan langsung cek in di hotel. Setelah mandi dan istirahat kurang lebih 2 jam, rombongan bergerak menuju ke SMP N 1 Bandung yang memiliki motto "Center of Exellent". Setelah berfoto di halaman sebentar rombongan menuju ke kelas untuk mengikuti open class.



Workshop yang diselenggarakan oleh Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung diikuti oleh beberapa negara yaitu: Jepang, Malaysia, Singapura, dan Indonesia...

Pada sesi pertama dilaksanakan open class dengan guru model bapak Drs. Sukardi, guru biologi SMP N 1 Bandung dengan topik sistem ekskresi.

Bapak Sukardi melakukan pembelajaran dengan model cooperative jigsaw, dengan media berupa CD interaktive tentang sistem ekskresi. Pembelajaran berlangsung 2 jam pelajaran (90 menit), dan dilanjutkan dengan refleksi.



Refleksi sesi 1



Refleksi berlangsung sangat menarik. Lebih dari 10 orang observer memberikan laporan pandangan mata tentang proses pembelajaran yang berlangsung. Fasilitator yang cerdas dan tangkas tidak hanya memberi kesempatan observer untuk mengkritik, tetapi sekaligus meminta solusi dari masalah/hambatan yang terjadi dalam proses pembelajaran.

Hal yang belum dilaksanakan dalam kegiatan lesson study MGMP kita adalah menginvetarisasi keunggulan proses pembelajaran dan saran-saran perbaikan yang diusulkan oleh observer dengan ditulis pada witheboard.

Cara mengobservasi yang sangat menarik ditunjukkan oleh seorang Prof wanita dari Singapura (mohon tolong bila ada yang mencatat namanya). Beliau melakukan obserbasi dengan menggambar denah tempat duduk siswa, dan mencatat setiap kegiatan siswa dengan menggunakan simbol panah.

panah satu arah : untuk komunikasi 1 arah

panah dua arah : untuk komunikasi timbal balik

Digambarkannya pada witheboard berapa kali komunikasi antara siswa dengan siswa yang lain. bahkan beliau juga menghitung ada siswa yang beberapa kali menyalin jawaban teman tanpa memberi kontribusi bantuan pada teman yang lain.

Walaupun terkendala bahasa ternyata hasil pengamatan beliau sangat teliti dan mendapatkan kesimpulan siswa yang mana yang paling aktif dan yang mana yang paling pasif.



Sesi 1 berakhir dan peserta melaksanakan ISHOMA, sampai pukul 13.00 wib



Pada Sesi 2 open class dilaksanakan dengan guru model dari Jepang. Seorang calon Sensei muda yang ganteng (kayak bintang film jepang...bener lo!!! ada fotonya kok) yang sedang menempuh study S-2. Pembelajaran dilakukan pada siswa kelas 9, dengan materi ajar: Aktivitas enzim dan metode yang digunakan adalah: Discovery learning.



Pembelajaran berlangsung sangat menarik, karena ternyata sensei hanya sedikit menguasai bahasa Inggris dan sama sekali tidak tahu bahasa Indonesia.

Seorang siswa bernama Aldian tampak sangat aktif karena tahu beberapa kata dalam bahasa jepang dan dapat bertanya dalam bahasa Inggris yang baik. Aldian sangat membantu mencairkan suasana belajar yang terkendala bahasa.

ketika ditanya, "Coba sebutkan contoh makanan sumber karbohidrat/pati..."

maka spontan dia menyebut " Bala-bala".

sensei: "What is bala-bala?"

siswa : "Indonesia traditional food, sir"

sensei: oooo

dan pada akhir sesi... panitia membawa satu piring bala-bala untuk tamu dari Jepang. (mereka memakannya walaupun sulit menelannya... maklum bala-bala kualitas kantin sekolah hehe..)



Pada awal pembelajaran sensei menyajikan animasi tentang apa dan bagaimana enzim bekerja. Selanjutnya siswa dibimbing melakukan praktikum dengan menggunakan bahan tepung dan ragi jepang. Tepung dan ragi yang sudah dicampur air dimasukkan dalam srynger, ujung srynger ditutup dengan silikon padat. Selanjutnya sryngger dimasukkan dalam air dengan suhu berbeda (0, 20,40, dan 60 derajat celsius). Kenaikan tuas srynger menunjukkan jumlah CO2 yang dihasilkan dan identik dengan aktivitas enzim. Sensei membagikan kertas karton untuk menggambar grafik pengaruh temperatur terhadap aktivitas enzim. selanjutnya grafik ditempel di papan tulis.



Refleksi sesi 2



Refleksi dimulai dari pernyataan sensei yang berterima kasih atas dukungan siswa dan observer lain, namun ada hal yang ia tak mengerti mengapa hasil praktikum siswa sangat bervariasi dan tidak menunjukkan hasil yang benar. Ada 2 kelompok grafiknya benar, tapi 2 kelompok grafiknya salah. Padahal prosedur serupa sudah dilakukan berkali-kali (sudah dicoba dg murid-murid dari Malaysia, Singapura dan Jepang) dan tidak pernah mendapat hasil yang demikian bervariasi (Indonesia kan negara demokrasi...! beda boleh dong..!!!).

Sensei menduga karena praktikum ini biasa dilakukan dilakukan oleh siswa setingkat SMA, sedangkan di Indonesia karena padatnya kurikulum maka materi yang di negara lain diajarkan di tingkat SMA diajarkan di SMP.

Hasil Pengamatan dari seorang Prof wanita dari Malaysia, menyatakan memang kelompok yang melakukan kesalahan disebabkan oleh tidak ada kerja sama antar anggota. Dari 8 anggota yang benar-benar bekerja hanya 2 orang. Dalam kelompok ini ada kelompok kecil yang masing-masing melakukan hal yang berbeda, ada yang melakukan eksperimen, ada yang mengisi LKS dan ada yang membuat grafik, dan hasilnya adalah grafik/kesimpulan yang salah.



Observasi dari seorang Doktor dari Singapura, menyatakan bahwa dalam metode seperti ini harusnya guru melakukan pengamatan yang lebih jeli terhadap murid. Karena ada murid yang hanya sampai pada prosedur search saja tapi ada yang sudah sampai pada tahapan research.

Search dan research, sepertinya sama namun memiliki aspek pengaruh yang berbeda pada siswa. Siswa yang masih berada pada tataran search hanya melakukan prosedur sesuai dengan petunjuk dan mencatat hasil tanpa melakukan analisis. Apapun hasilnya walaupun itu salah dianggapnya itu adalah sebuah kesimpulan.

Namun siswa yang sudah mencapai tahap research akan bertindak berbeda, jika ada hasil yang berbeda dengan prediksi awal, maka ia akan melakukan penelitian dengan lebih mendalam dan mencari penyebab kesalahannya. Dalam pembelajaran ini hanya dua kelompok saja yang sampai pada tahap reseach.

Jika pada pembelajaran ini guru mengetahui lebih awal, maka bimbingan dapat diberikan, sehingga kesalahan hasil dapat segera diluruskan. Namun hal ini tidak dilakukan oleh sensei karena terkendala bahasa.



Banyak sekali pembelajaran yang diperoleh dalam perjalan kali ini... dan sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan bekal mengajar kita.



Worknya selesai dan sekarang baru..... shop...ing...asyik........ :k :@