HANYA PASRAH


Sebelum ufuk menjelang.
Pada siang hari, terik atau teduh.
Menjelang sore, saat senja hari.
Melewati senja kala malam hari.
Lima waktu hari harus dibagi.
Harus menghadap ke satu arah.
Tanpa batas sudut arah melihat.
Tanpa banyak waktu melakukannya.
Cukup pusatkan hati pada satu persoalan.
Hapuskan asa pada segala persoalan lain.
Gagal atau hasil bukanlah pilihan nyata.
Hanya pasrah dengan usaha jiwa semata.
Yang pasti tiada jawaban yang nyata, satu pun juga.
Seperti hal manusia berbicara dan menghadapi kenyataan.
Segala pun hal tidak perlu lah diucap, namun dimaknai.
Berdiri tegak, menatap ke satu arah, cukup lah sudah.
Mengucap kata tanpa bahasa terucap, akidah mungkin sudah.
Bilamana semesta seperti bola raksasa gelap gulita.
Berdiri dan bersujud akan tepat pada pusat pusarnya.
Semua itu diamini dengan seribu asa, namun satu keyakinan.
Bisu belaka menjadi sia-sia. Penuh makna berbunga pahala.
Bercakap seolah-olah kepada pemilik semesta yang maha.
Tempat dimana manusia hanyalah titik debu belaka.